Makam Keramat Nyai Putri Rambut Cisadane
Makam Keramat Nyai Putri Rambut Cisadane. Menguak berbagai
cerita dan luasnya kerajaan yang terletak di Jawa Barat, semua berawal dari
Kerajaan Padjajaran yang hingga kini menjadi suatu misteri, banyak peneliti
yang ingin mengetahui dimana keberadaan sebenarnya Monumen Kerajaan Padjajaran
itu. Dengan didorong rasa cinta terhadap perkembangan sejarah dan para pendiri
bangsa, penulis terpanggil untuk mengangkat tentang keberadaan Makam sejarah
yang kini keberadaannya mulai banyak dikunjungi oleh para peziarah yang datang
dari berbagai pelosok daerah yaitu, Makam Keramat Nyai Putri Rambut Cisadane
yang terletak tidak jauh dari Makam Mbah Lurah Kalurahan (Aki Buyut) yang
memiliki posisi menuruni bukit dan berdampingan dengan aliran sungai cisadane
yang menghubungkan wilayah Kota Bogor dan Kota Tangerang Banten.
Konon nama letak daerah dari Makam Nyai Putri adalah
Santri Manjang, nama Santri sendiri bila ditelaah dan dikaji bisa menggambarkan
bahwa ajaran Islam telah sampai kepada perbatasan tersebut, yang kemungkinan
ajaran Islam tersebut di syiarkan oleh Mbah Lurah dan Ibu Lurah beserta
putrinya sampai ke daerah perbatasan wilayah pesisir Cisadane yang
menghubungkan ke wilayah Serpong – Tangerang Banten, yang berhubungan dengan
Makam Keramat Tajug Serpong yaitu Makam Syeh Tubagus Atief Muhammad Maulana bin
Sultan Ageng Tirtayasa dimana beliau adalah seorang panglima perang Banten.
Selain nama hutan Santri Manjang di perbatasan itu ditemukan juga nama seperti
daerah Cisawang, Cipulo, Cimangir, Cikoleang, Cidulang, Cikedokan, nama-nama
tersebut sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita, dari nama-nama
tersebut menggambarkan bahwa memang pada saat itu sudah ada orang tionghoa yang
sampai ke wilayah tersebut dan sudah adanya hidup yang rukun diantara wilayah
kalurahan dan sekitarnya, dan juga menggambarkan sudah memiliki sikap toleransi
antar umat beragama, berdampingan dan saling hormat menghormati antar pemeluk
agama satu dengan yang lainnya. Walaupun memang tidak adanya nara sumber
yang dapat dijadikan pedoman dimana penulis hanya berdasarkan kepada situs
sejarah dan terinspirasi dari Makam Mbah Lurah, Ibu Lurah Kalurahan dan Makam
Keramat Nyai Putri Rambut Cisadane yang ada di hutan Santri Manjang tersebut.
Menurut berbagai narasumber yang didapt dari para pendahulu
sesepuh Kampung Kalurahan (Alm. Mualim Abah Suhaca), beliau pernah mengatakan
bahwa Makam Nyai Putri Rambut Cisadane merupakan putri dari Mbah Lurah dan Ibu
Lurah Kalurahan yang merupakan kasuhunan karuhun dari orang-orang sunda wiwitan
yang masih kental dengan faham susuguhan atau yang biasa disebut dengan
pemberian sesajian, yang mengenal adanya tradisi prosesi sebelum ziarah dengan
menyuguhkan kopi pahit, kopi manis, sirih, pinang, menyan dan nasi tumpeng yang
kini tradisi tersebut masih sering dilakukan oleh para peziarah sebelum
mengadakan pembacaan tahlil, tahmid dan dzikir. Jika dikaji dari nilai
filosofis bahwa susuguhan atau sesaji tersebut merupakan wujud syukur
kepada Allah SWT, yang menggambarkan adanya rasa kebersamaan bahwa semua yang
diciptakan oleh Allah SWT, baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa pada
hakikatnya semua berserah diri kepada Allah SWT, dan selalu bersholawat kepada
Nabi Muhammad SAW, agar kelak kita semua sebagai umatnya mendapatkan syafaat
dari beliau. Dan janganlah sesekali kita keluar dari jalur ajaran Islam yang
meminta selain kepada Allah SWT (Musrik). Semua itu adalah merupakan
pembelajaran bagi kita semua bahwa tradisi-tradisi tersebut merupakan warisan
dari nenek moyang kita, bahwa kita harus menghargai dan menghormati nilai
budaya bangsa, hakikatnya adalah semua kita berserah diri kepada Allah SWT.
Dengan rasa sadar dan wujud syukur kepada Allah SWT, bahwa kita semua pasti
akan kembali kepada pangkuannya dan semua yang bernyawa pasti akan mengalami
kematian dan itu sudah pasti tidak ada yang bisa menundanya dan merubahnya.
Begitupun dengan kita ziarah mengunjungi makam-makam keramat dan makam para
aulia ataupun makam walisongo itu merupakan mahabbah, rasa cinta kita kepada
Nabi Muhammad SAW, berkat jasa-jasa beliau ajarannya sampai kepada kita dan
janganlah sesekali kita berpaling dari Allah SWT.
(Oleh : Ust. H. Nursono S.Sos bin H. Ranawi)
(Oleh : Ust. H. Nursono S.Sos bin H. Ranawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar