Selasa, 01 Desember 2015

FILSAFAT DAN AL-QURAN

FILSAFAT DAN AL-QURAN

adakah hubungan filsafat dengan Al-Qur’an? Jawabannya jelas sekali, bahwa fisafat dengan Al-Qur’an itu hubungannya sangat erat sekali sehingga tidak dapat dipisahkan. Karena berfilsafat itu berti berfikkir secara kritis terhadap apa-apa yang yelah diciptakan oleh allah swt atau juga terhadap suatu masalah. Maka dengan demikian, Al-Qur’anlah yang menjadi jawaban terhadp apa yang kita fikirkan serta solusi terhadap suatu masalah.
            Kemudian, masuk pada kesan saya terhadap belajar filsafat, yaitu:
1.      Adanya dorongan untuk menjadi manusia yang cerdas
Dikarenakan belajar filsafat itu merupakan ilmu untuk berfikir, maka otak itu akan menjadi cerdas, sebab  otak itu diasah dan di latih dengan adanya berfikir, sehingga tidak tumpul dan membeku, serta sel-sel yang ada dalam otak menjadi aktif dan syarap pun menjadi tersambung dikrenakan adanya berfikir.
2.      Adanya dorongan untuk menjadi manusia yang banyak ilmu pengetahuan
Dengan belajar filsafat, bisa menjadikan manusia yang banyak ilmu pengetahuannya bahkan bisa menjadi seorang ilmuan. Karena dengan belajar filsafat, mejadikan kita itu untuk bertanya terhadap apa-apa yang belum kita ketahui dan memikirkan tentang suatu masalah,atau memikirkan tentang penciptaan Allah swt, baik itu pennciptaan manusia, jin ,setan ,maupun mahluk-mahluk yang lainnya.
3.      Menjadikan kita berhati-hati dan teliti terhadap suatu tindakan
4.      Menjadikan kita sebagai manusia yang tidak gampang dibohongi
5.      Adanya nilai ibadah sehingga menjadikan kita mendapatkan pahala dari Allah swt. Karena Berfilsafat itu berarti merenung atau tafakur.
Kemudian, ayat-ayat yang  memerintahkan manusia untuk berfilsafat yaitu  dapat dibuktikan dengan memperhatikan bagaimana Al-Quran selalu mengaitkan perintah-perintahnya yang berhubungan dengan alam raya dengan perintah pengenalan dan pengakuan atas kebesaran dan kekuasaan-Nya. Bahkan, ilmu dalam pengertiannya yang umum sekalipun oleh wahyu pertama Al-Quran (iqra'), telah dikaitkan dengan bismi rabbika. Maka ini berarti bahwa "ilmu tidak dijadikan untuk kepentingan pribadi, regional atau nasional, dengan mengurbankan kepentingan-kepentingan lainnya". Ilmu pada saat dikaitkan dengan bismi rabbika. Kata Prof. Dr. 'Abdul Halim Mahmud, Syaikh Jami' Al-Azhar, menjadi "demi karena (Tuhan) Pemeliharamu, sehingga harus dapat memberikan manfaat kepada pemiliknya, warga masyarakat dan bangsanya. Juga kepada manusia secara umum. Ia harus membawa kebahagiaan dan cahaya ke seluruh penjuru dan sepanjang masa."
Ayat-ayat Al-Quran seperti antara lain dikutip di atas, disamping menggambarkan bahwa alam raya dan seluruh isinya adalah dapat dijangkau oleh akal dan daya manusia, juga menggarisbawahi bahwa segala sesuatu yang ada di alam raya ini telah dimudahkan untuk dimanfaatkan manusia.
         Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi(12). Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat ni’mat Tuhanmu apabila kamu telahduduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan:”maha suci Tuhan yang telah menundukan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguassainya.(13) (QS 43:12-13).
          Dan dengan demikian, ayat-ayat sebelumnya dan ayat ini memberikan tekanan yang sama pada sasaran ganda: tafakkur yang menghasilkan sains, dan tashkhir yang menghasilkan teknologi guna kemudahan dan kemanfaatan manusia. Dan dengan demikian pula, kita dapat menyatakan tanpa ragu bahwa "Al-Quran" membenarkan bahkan mewajibkan usaha-usaha pengembangan ilmu dan teknologi, selama ia membawa manfaat untuk manusia serta memberikan kemudahan bagi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar