Selasa, 15 Desember 2015

PERAN GURU KELAS MEMBANGUN PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI UJUNG TEBU 1



PERAN GURU KELAS MEMBANGUN PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI UJUNG TEBU 1

Anisa Rahayu Hidayah

Abstrak
Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi ganda, sebagai pengajar dan pendidik, maka guru secara otomatis mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencapai kemajuan pendidikan, misalnya dalam perilaku sosial siswa. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui peranan guru kelas dalam membangun perilaku sosial siswa kelas v sekolah dasar. Metodelogi dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif kualitatif dengan fokus penelitian Peran guru kelas dalam membangun perilaku sosial siswa kelas v sekolah dasar negeri ujung tebu 1, meliputi cara guru mendidik dan membangun suasana kondusif, serta untuk mengetahui faktor-faktor penghambat guru dalam membangun perilaku sosial siswa kelas V. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan di dukung dengan data sekunder yang ada. Data yang  terkumpul dianalisa menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam  penelitian  ini  penulis  menentukan  informan  menggunakan teknik purposive  sampling  yaitu  menentukan  informan  sesuai  dengan kriteria yang berkaitan dengan peran guru kelas dalam membangun perilaku sosial siswa kelas v Sekolah Dasar Negeri Ujung Tebu 1.
Hasil dari penelitian dapat diketahui bahwa peran guru dalam membangun perilaku sosial siswa kelas v sekolah dasar negeri ujung tebu 1 telah dilaksanakan dengan baik serta memberikan manfaat bagi para siswa  khususnya kelas v. Adapun penghambat dalam peran guru adalah keterbatasan tenaga pengajar, kurangnya kerja sama orang tua dan guru  dan kurangnya Sarana dan prasarana.

Kata Kunci : Peran Guru Kelas, Perilaku Sosial Siswa.

PENDAHULUAN
Pembangunan  nasional  merupakan  rangkaian  upaya  pembangunan  yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termasuk dalam pembukaan undang- undang  dasar  1945,  Dalam  hal  ini  maka  pemerintah mengeluarkan  undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dimana jabatan guru   sebagai   pendidik   merupakan   jabatan   yang   professional.   Untuk   itu professional guru dituntut untuk terus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengatahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan  terhadap  sumber  daya  manusia  yang  berkualitas  dan  memiliki kapabilitas  untuk  mampu  bersaing  baik  di  forum  regional,  nasional  maupun internasional.
Peran guru kelas juga diharapkan dapat memberi sikap yang baik dilingkungan sekolah maupun dimasyarakat, karena siswa di Sekolah Dasar Negeri Ujung Tebu 1 memiliki watak yang berbeda ada yang malas ada juga yang rajin ada juga siswa yang mempunyai sifat yang susah diatur. Jika dilihat sekarang ada beberapa siswa yang suka ribut pada saat guru sedang menjelaskan pelajaran didepan kelas, membolos sekolah, meroko diluar sekolah, malas mengerjakan tugas rumah seperti PR dan tugas dari orang tuanya, ada juga siswa yang kurang patuh terhadap aturan disekolah, kurang displin dan tidak menghormati bapak dan ibu guru maupun orang tua.
Sekolah Dasar Negeri Ujung Tebu 1 merupakan salah satu jenjang pendidikan yang sangat strategis untuk memberikan wawasan tentang barbagai pengatahuan dan teknologi, membentuk kepribadian dan perilaku setiap individu, menanamkan nilai-nilai, dan juga merupakan jenjang dasar untuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pendidikan sekolah dasar itu menuntut pengelolahan yang professional dari semua pihak yang terkait, menyadari pentingnya peran guru untuk meningkatkan mutu  dari  siswa/siswi  sekolah  dasar  agar  dapat  mempunyai  sikap  dan  nilai-nilai yang baik yang didapat dari masyarakat sebagai kontrol sosial.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak yang  bermartabat  dalam  rangka  mencerdaskankehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya  potensi  peserta  didik  agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk memilih judul peran guru kelas membangun perilaku sosial siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Ujung Tebu 1.

KERANGKA DASAR TEORI
Pengertian Guru
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus Uzer Usman (Moh. 1992 :1). Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh seseorang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi seorang guru, diperlukan syarat-syarat  khusus,  apa  lagi  seorang  guru  yang  profesional  yang  harus menguasai seluk beluk pendidikan dan mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.
Guru kelas merupakan jabatan guru selain mengajar dimana tugas tersebut untuk membantu kepala sekolah untuk mencapai tujuan sekolah tersebut.
Tugas pokok dan fungsi guru:
UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban, merencanakan kewajiban pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran serta meningkatkan dan menggembangkan kualifikasi akedemik dan kompetensi secara berlanjutan sejalan dengan ilmu pengatahuan, teknologi dan seni.
  1. Tugas professional: tugas profesional  ialah  tugas  yang berhubungan dengan profesinya.
  2. Tugas manusiawi: tugas manusiawi adalah tugas sebagai manusia.
  3. Tugas kemasyarakatan: tugas kemasyarakatan ialah guru sebagai anggota masyarakat.

Menurut Muhtar (1992), guru juga berperan sebagai :
  1. Fasilitator perkembangan siswa
  2. Agen pembaharuan
  3. Pengelola kegiatan proses belajar mengajar
  4. Pengganti orang tua di sekolah

Adapun fungsi guru kelas
  1. Pengelola kelas
  2. Mengenal dan memahami situasi kelasnya.
  3. Menyelenggarakan Administrasikan kelas meliputi
  4. Memberikan  motivasi  kepada  siswa  agar  belajar  sungguh-sungguh baik di sekolah maupun di luar sekolah
  5. Memantapkan  siswa  di  kelasnya,  dalam  melaksanakan  tatakrama, sopan santun, tata tertib baik di sekola maupun di luar sekolah

Syarat-syarat yang telah diuraikan diatas adalah syarat-syarat yang umum, yang sangat berhubungan dengan jabatan guru di dalam masyarakat. Di samping syarat-syarat tersebut, tentu masih banyak lagi syarat-syarat lain yang harus dimiliki oleh guru jika mengkehendaki agar tugas pekerjaan guru mendatangkan hasil yang baik.

Pengertian Perilaku Sosial
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia Rusli Ibrahim (2001). Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam  Rusli  Ibrahim (2001), perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal  balik antar pribadi. Sesungguhnya yang menjadi dasar dari uraian di atas adalah bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial W.A. Gerungan, (1978:28). Sejak dilahirkan manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memuhi kebutuhan biologisnya. Pada perkembangan menuju kedewasaan, interaksi sosial diantara manusia dapat merealisasikan kehidupannya secara individual.W.A. Gerungan,(1978:77). Dengan   kata  lain   setiap   situasi   yang   menyebabkan terjadinya  interaksi  sosial  dapatlah  dikatakan  sebagai  situasi  sosial.  Contoh situasi sosial misalnya dilingkungan pasar, pada saat rapat, atau dalam lingkungan pembelajaran pendidikan jasmani.

Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Sosial
Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu :
  1. Perilaku dan karakteristik orang lain
  2. Proses kognitif
  3. Faktor lingkungan
  4. Latar Budaya sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial

Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial
Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat  pula  ditunjukkan oleh sikap sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari (2004:161) adalah “suatu cara bereaksiterhadap suatu perangsang tertentu. Sedangkan sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap  obyek sosial yang menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang- ulang terhadap salah satu obyek sosial W.A. Gerungan, (1978:151-152).
Berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau ciri kepribadian yang  dapat  teramati ketika  seseorang berinteraksi dengan orang lain.  Seperti dalam  kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku sosial seseorang yang menjadi anggota kelompok akanakan terlihat jelas diantara anggota kelompok yang lainnya.

Kecenderungan Perilaku Sosial
1. Sifat pemberani dan pengecut secara social
Orang  yang  memiliki sifat pemberani secara sosial, biasanya dia suka mempertahankan dan membela haknya, atau tidak segan melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifat pengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya,
2. Sifat berkuasa dan sifat patuh
Orang yang memiliki  sifat  sok berkuasa dalam perilaku sosial biasanya ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada kekuatan. Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku sosial yang sebaliknya.
3. Sifat inisiatif secara sosial dan pasif
Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi  kelompok, tidak  sauka  mempersoalkan  latar  belakang,  suka  memberi   masukan  atau saran-saran dalam berbagai pertemuan,Sedangkan sifat orang yang pasif secara sosial ditunjukkan oleh peilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif.
4. Sifat mandiri dan tergantung
Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya dilakukan oleh dirinya sendiri. Sedangkan sifat  orang  yang ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku  sosial sebaliknya dari sifat orang mandiri.

Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial
1. Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain
2. Suka bergaul dan tidak suka bergaul
3. Sifat ramah dan tidak ramah
4. Simpatik atau tidak simpatik

DEFINISI KONSEPSIONAL
Definisi konsepsional merupakan tahapan dalam memberi batasan dalam suatu istilah atau konsep yang diperlukan dalam penelitian ini. Pembatasan pengertian  tersebut  akan  mempermudah  penulis  dalam  pemahaman  dan  juga untuk membatasi ruang lingkup penulisan.
  1. Peran adalah suatu kedudukan atau posisi yang didapat dari masyarakat dan dari lembaga dimana individu itu berada.
  2. Guru adalahseseorang yang mempunyai peran sebagai pengajar dan memiliki keahlian khusus dan pengatahuan dibidang ilmu pendidikan.
  3. Perilaku  sosial  adalah  sikap,  tindakan,  karekter  dan  sifat  untuk  saling membutuhkan, saling mendukung dalam kebersamaan.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yaitu mengambarkan data yang diperoleh secara apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

Lokasi penelitian
Penelitian   ini   dilakukan   untuk   memperoleh   gambaran   yang   bersifat deskriptif  dan  mendalam  mengenai  peran  guru  kelas  dalam membangun  perilaku sosial siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Ujung Tebu 1. Didalam usaha memperoleh data penulisan ini maka penulis menetapkan lokasi penelitian Di Sekolah Dasar Negeri Ujung Tebu 1.

Jenis Dan Sumber Data
Menurut Suharsini Arikunto (1997 : 114), bahwa yang dimaksud dengan sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.
1)      Data primer
2)      Data Skunder
Informan  menurut  Lexy  J.  Meleong  (  2000:  90)  adalah  orang  yang dimanfaat   untuk   memberikan   informasi   tentang   situasi   dan   kondisi   latar penelitian. Dalam  penelitian  ini,  penulis  menggunakan  teknik  purposive  Sampling dalam  menentukan  informan.  Metode  ini  berdasarkan  pada  pertimbangan- pertimbangan  bahwa  informan  yang  telah  ditetapkan  memiliki  kompetensi, pengatahuan  yang  cukup  dan  kredibelitas  untuk  menjawab  pertanyaan  dalam pedoman wawancara. Dalam penelitian ini penulis menetapkan Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri Ujung Tebu 1 Sebagai Key Informan sementara Informan lainya Beberapa Guru yang Ditentukan oleh kepala sekolah serta beberapa siswa/siswi yang ditentukan oleh peneliti.

Teknik pengumpulan data

Dalam teknik pengumpulan data penulisan ini, setelah menyesuai situasi dan kondisi dilapangan. Maka penulis mengguna beberapa cara :
  1. Library Research (studi perpustakaan)
  2. Melakukan studi keperpustakaan untuk mempelajari dan mengumpul informasi berdasar literature yang berkaitan dengan penulisan ini.
  3. Field Work Research (penelitian kelapangan)
a.       Observasi
b.      Wawancara

Analisis data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal dan selama proses penelitian ini berlangsung.  Dalam penelitian penulis mengunakan analisis data. Miles  dan  A.  Michael  Huberman  (1992:20)  mengatakan  bahwa analisis kualitatif terdiri dari 4 komponen yaitu:
1. Pengumpulan data
2. Penyederhanaan (reduksi)
3. Penyajian data
4. Penarikan kesimpulan

PEMBAHASAN
Menurut Krech,Crutcfield dan ballachey (1982) dalam rusli ibrahim (2001) perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respon antar orang yang dinyatakan dalam hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial itu identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain.
Menurut Kozier Barbara Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam  suatu  sistem, peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.
Kemudian menurut Horton dan Hunt (1993) peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status. Maka perilaku peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut.
Didalam pedoman buku pegangan guru dijelaskan bahwa guru dituntut sebagai orang yang profesional dan memiliki intelektual Sebagaimana diketahui, guru adalah tokoh Figur bagi siswa-siswinya. Jadi segala tingkah laku dan gerak- geriknya selalu diikuti oleh murid-muridnya.
Sulaiman  (1985  :  77).  Mengemukakan  bahwa  guru  berfungsi sebagai pengemban ketertiban yang    patut di tiru tetapi tidak bersikap otoriter. Risman and   Payne   mengemukakan   strategi   umum   merancang   disiplin   sekolah, diantaranya adalah:
1.  Konsep  diri  (self  concept)  menekankan  bahwa  konsep   konsep  diri masing masing indifidu merupakan factor penting.
2.   Keterampilan berkomunikasi.
3.   Konsekuensi – konsekuensi logis dan alami.
4.   Klarifikasi nilai.
5.   Analisis transaksional (Transactional analysis).
6.   Tetapi Realitas (Reality Terapi).
7.   Disiplin yang terintegrasi.
8.   Modifikasi perilaku.
9.   Tantangan bagi disiplin.
Berdasarkan teori dan konsep diatas maka hal ini lah yang dilaksanakan oleh guru Sekolah Dasar Negeri Ujung Tebu 1 dengan menjalankan beberapa peran mereka sebagai seorang guru profesional. Peran seorang guru memerlukan keterlibatan  yang lebih  besar  serta  ada  dukungan dari  berbagai  pihak untuk menjamin keberlanjutan yang diingin dan  dicita-citakan bersama sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Berdasarkan teori dan konsep diatas maka hal ini pulalah yang telah dilakasanakan oleh guru kelas V Sekolah Dasar Negeri Ujung Tebu 1 dengan beberapa peran yang mereka lakukan meliputi :

Cara Guru Mendidik

1. Menasehati
Salah satu kewajiban seorang guru adalah memberi nasehat kepada sisiwa/siswinya.  Nasehat merupakan  salah  satu  didikan  dalam membangun perilaku siswa agar tidak mempunyai sikap pembangkang, dan dapat menjadi manusia  yang  mempunyai  sifat  yang  baik,  tujuannya  adalah  agar  siswa tersebut dapat memperbaiki pola perilaku yang salah baik di sekolah maupun dalam kehidupan diluar sekolah sehingga siswa tersebut menjadi manusia yang sukses dan memiliki martabat berdasarkan hasil penelitian yang di temukan dilapangan cara yang guru lakukan dalam menasehati siswa/siswi kelas v guru guru tersebut melakukan pendekatan kepada siswa baik di kelas maupun di luar kelas jika ada siswa tersebut susah untuk di nasehat maka guru tersebut memanggil siswa tersebut ke ruang guru dan jika hal tersebut masih susah  untuk  di  beri  nasehat  maka  guru  akan  memanggil  orang  tua  siswa tersebut Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulakan bahwa peran guru kelas sangat penting dalam memberi nasehat serta mempunyai manfaat yang dirasakan oleh siswa/siswi kelas v dengan adanya nasehat yang diberikan oleh guru kelas siswa/siswi kelas v dapat mengubah perilaku yang buruk menjadi lebih baik

2. Membangun motivasi
Didalam UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003 pendidkan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencedaskan bangsa, serta bertujuan untuk mengabangkan potensi peserta didi. Pendidikan karekter diaharpkan dapat diterapkan oleh semua satuan pendidikan secara terintegrasi dalam pembelajaran dikelas dan di sekolah oleh karena itu Guru memiliki peranan yang sangat kompleks dalam usahanya mengatarkan siswa siswinya kearah yang dicita citakan.  Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dapat  disimpulkan  bahwa  guru  kelas  dituntut  untuk  selalu  membangun motivasi siswa/siswi agar siswa/siswi tersebut mempunyai motivasi dalam belajar  perlu juga ada kerja sama antara guru kelas  dan orang tua siswa,  yang diperlukan  dari  seorang  guru  adalah  bagaimana  kemampuan  seorang  guru dapat mendekatkan diri kepada anak didik untuk lebih menigkatkan disiplin dalam  belajar,  baik  belajar  di  rumah  maupun  di  sekolah  sehingga  proses belajar mengajar dapat berjalan lancar.

3. Membangun sikap mandiri
Pada  hakekatnya  pendidikan  merupakan  suatu  proses  yang  sangat  penting untuk meningkatkan kecerdasaan, keterampilan mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama membangun bangsa, untuk melahirkan siswa yang mandiri , guru dapat pula memainkan perannya untuk mengkondisikan pendidikan mandiri, Seperti yang penulis temukan dilapangan cara guru dalam membangun sikap Mandiri dimana siswa/siswi diberi tugas untuk membersihkan ruang kelas (piket), membersihkan halaman sekolah, mengerjakan tugas dari guru maupun orang tua, jika ada siswa yang tidak melakukan   tugasnya   maka   siswa   tersebut   diberikan   teguran   dan   jika siswa/siswi tersebut tidak mendengarkan teguran tersebut maka siswa tersebut diberikan sanksi, sanksinya berupa menyapu diruang guru dan ruang kelas, membersihkan kamar mandi,

4. Membangun sikap displin
Kedisplin merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaan,kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban, karena sudah menyatuh, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban,bahkan sebaliknya akan membebani dirinya sendiri apabila ia tidak berbuat sebagaiman lazimnya.  Seperti yang penulis temukan dilapangan kalau gurunya  rapi  berseragam  anak  didiknya  pun  akan  demikian  pula,  kalau gurunya selalu tepat waktu tiba di sekolah maka anak didiknya  pun akan tepat waktu pula tiba disekolah sehingga ini dapat meningkatkan ketertiban dan kedisiplinan siswa karena siswa/siswi tersebut sadar bahwa setiap pelanggaran terhadap tata tertib sekolah pasti mendapat sanksi. Siswa yang selalu terlambat tiba disekolah, membolos, meroko, mencuri tidak melaksanakan piket didalam kelas, pakaian yang kurang rapi kalau terus dibiarkan itu menjadi kebiasaan bagi siswa tidak disiplin, siswa tersebut dipanggil gurunya dan diberikan nasehat-nasehat kalau tidak menuruti maka guru akan memberi sanksi kepada siswa tersebut, sanksinya berupa membersihkan ruang guru, kamar mandi yang ada diruang guru.
Berdasarkan hal – hal diatas maka dapat diketahui bahwa tanpa adanya peranan guru membangun perilaku sosial siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Ujung Tebu 1 tidak akan berjalan dan tidak dapat dicapai sesuai dengan cita-cita yang dinginkan.
Sejalan dengan itu maka, Abu Ahmadi (1982) mendefinisikan peran sebagai suatu komplek pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.

Membangun  Suasana Kondusif
1.    Membangun rasa nyaman saat mengajar
Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran bagi anak adalah   penciptaan lingkungan pembelajaran yang nyaman, lingkungan dalam hal ini adalah segalah sesuatu yang berhubungan dengan tempat dan proses pembelajaran dilaksanakan, Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa membangun suasana nyaman saat mengajar memberikan manfaat yang baik bagi siswa/siswi kelas V hal ini terlihat dari perilaku siswa pada saat guru sedang mengajar  dikelas ada antusiasme dari siswa/siswi dalam mengikuti pelajaran tersebut  hal  inilah  yang  dirasakan  oleh  siswa/siswi  bahwa  manfaat  dari membngun suasana belajar yang nyaman sengat membantu mereka pada saat mengikuti pelajaran dikelas.

2.    Membangun semangat belajar
Belajar adalah hal yang menyenangkan, tetapi bisa juga menjadi hal yang membosankan. ini dikarenakan semangat belajar kita terkadang redup dan terkadang terang. Jadi semangat belajar ini harus terus dipupuk agar menjadi jiwa yang rajin dan terus mempunyai animo untuk berhasil. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti dapat disimpulkan peran guru dan orang tua sangat dibutuhkan dalam meningkat semangat belajar siswa/siswi ini terlihat dari hasil yang dilihat diharapakan guru dan orangtua untuk selalu bekerja sama agar mampu untuk meningkatkan semangat belajar siswa/siswi tersebut sehingga siswa/siswi tersebut memberikan hasil yang lebih baik dari yang sebelumnya.  Menurut  Moch.  Uzer  Usman  (1995)  mengemukakan  bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan.

3.    Membangun kreasi siswa
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan  diatas dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam membangun kreasi siswa ini sangat penting sekali dan sangat bermanfaat untuk siswa/siswi tersebut dapat mengembangkan bakat dan  menjadikan  mereka  lebih  kreatif  dalam  berfikir  dan  dapat  juga menambah  pengatahuan  tentang  hal-hal  yang  baru,  untuk  mengembang kreasi siswa ini perlu ada kegiatan perlombaan yang dilakukan oleh sekolah sehingga hasil karya yang sudah jadi dapat dilihat oleh guru-guru maupun siswa/siswi lain ini yang menjadi kan siswa/siswi tersebut merasa bangga

Hambatan yang dialami oleh guru kelas
Ada pun yang menjadi penghambat guru kelas dalam membangun perilaku sosial siswa kelas V sekolah dasar Negeri Ujung Tebu 1 yaitu, kurang tenaga pengajar, siswa yang mempuyai watak yang susah diatur kurang kerja sama antara orang tua dan guru, dimana hanya guru saja yang berperan, sarana prasana yang kurang mendukung dalam mengembangkan bakat,   hal ini dapat terlihat dari kondisi yang ada disekolah tersebut masih banyak kekurangan yang dihadapi dimana masih ada beberapa siswa yang mempunyai perilaku yang menyimpang seperti masih ada yang mencuri,  membolos  sekolah, membuat rebut pada saat guru memberikan pelajaran,
Dapat dikatakan secara umum yang menjadi penghambat peran guru dalam membangun perilaku kelas siswa tersebut   kurang adanya peran dari orang tua dalam memberkan nasehat kepada anaknya pada saat anak tersebut tidaka lagi dalam pengawasan guru.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Pada bab penutup ini penulis akan memberikan  kesimpulan akhir disertai dengan  saran-saran  sebagai  sumbangan  pemikiran  yang  di  harapkan  dapat berguna bagi pengembangan penulisan yang akan datang.
Setelah data tersebut dianalisa secara deskriptif kualitatif maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Peran guru   kelas membangun perilaku sosial siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Ujung Tebu 1 sebagai berikut :
a)      Peran guru mendidik, meliputi:
1.      Memberi  nasehat  dalam  memberi  nasehat  respon  siswa  terhadap nasehat guru sangat baik walaupun ada beberapa siswa yang tidak mengikuti nasehat yang guru berikan
2.      Membangun motivasi dalam memberikan motivasi sudah terlaksana dengan baik dan respon siswa juga sangat baik.
3.      Membangun sikap mandiri dalam membangun sikap mandiri sudah dibangun pada siswa juga mempunyai respon yang baik walau hanya tidak semua siswa yang mempunyai sikap mandiri.
b)      Peran guru dalam membangun suasana kondusif meliputi:
1.      Memberikan rasa nyaman saat mengajar sudah terlaksana dengan baik.
2.      Membangun semangat belajar siswa sudah dibangun oleh guru dan terlaksana dengan baik
3.      Membangun kreasi siswa telah dilaksana kan dengan baik.
c)      Hambatan hambatan yang dialami oleh guru yaitu
1.      Adanya siswa yang memang mempunyai watak yang sulit diatur serta
2.      Kurang kerja sama antara guru dan orang tua murid tersebut.
3.      Kurangnya   tenaga   pengajar   serta   pengembangan   sarana   dan prasarana sekolah.


Saran
Sesuai   dengan   kesimpulan   yang   di   peroleh   dari   hasil   penelitian sebagaimana  diutarakan  diatas,  maka  penulis  berupaya  memberikan  masukan ataupun saran sebagai berikut:
a.       Perlu ketegasan berupa sanksi dari guru dalam memberikan nasehat kepada siswa/siswi tersebut agar dapat merubah perilakunya menjadi lebih baik sehingga nasehat guru dapat diterima oleh siswa/siswi
b.      Delam  membangun  motivasi  perlu  pendekatan  kepada  siswa/siswi  agar merka termotivasi dalam hal belajar dengan memberikan hadiah, berupa beasiswa kepada siswa/siswi yang berprestasi.
c.       Dalam membangun rasa saat mengajar guru diharapkan dapat mendekatkan diri  pada  siswa/siswi  serta  memperhatikan  siswa/siswi  yang  mempunyai karekter pemalu, dan siswa  yang pendiam agar proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat terlaksana dengan baik serta dapat dipahami oleh sisw/siswi.
d.      Dalam membangun kreasi siswa perlu dari pihak sekolah mengadakan perlombaan   yang   bertujuan   untuk   meningkat   kemampuan   siswa/siswi tersebut agar dapat berkembang seperti mengadakan perlombaan, dalam hal, melukis, menari, bernyanyi, serta yang memiliki bakat dalam olah raga.
e.       Perlu ada peran dari dinas pendidikan dalam mengatasi kurangnya tenaga pengajar disekolah Sekolah Dasar Negeri Ujung Tebu 1.




















DAFTAR PUSTAKA

Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta pusat
Arikunto, Suhasini. 1997. Prosedur penelitian (edisi revisi) suatu pendekatan praktek. Jakarta : Renika Cipta
A.W. Gerungan, 1978. Psikologi sosial. PT. Erisco. Bandung
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka
Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta. Rineka Cipta
Miles Mathew.B, dan A. Michael Huberman, Analisis data kualitatif.
Meleong, Lexy J. 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Supardi 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Sugihatono, dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. Yoyakarta : FIP UNY
Surya, H.M, (2002), Aspirasi Peningkatan   Kemampuan Profesionalisine dan Kesejahteraan   Guru,   Pendidikan   Kebudayaan   No.021   Tahun   ke-5 Balitbang Dikbud, Jakarta
Suryabrata,  Sumadi.  2008.  Psikologi  Pendidikan.  Jakarta;  PT  Raja  Grafindo Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar