SEJARAH DAN PERKEMBANGAN RAMPAK
BEDUG
Tahun
1950-an merupakan awal mula diadakannya pentas rampak bedug. Pada waktu
itu, di Kecamatan Pandeglang pada khususnya, sudah biasa diadakan pertandingan antar
kampung. Sampai tahun 1960 rampak bedug masih merupakan hiburan rakyat, persis
ngabedug. Kapan rampak bedug diciptakan, mungkin jauh sebelum tahun 1950-an. Siapa
pencipta awal rampak bedug ? Ini pun sepertinya tidak dicatat. Bahkan mungkin saja
sang creator tidak menyebut-nyebut dirinya. Hanya saja disebut-sebut, bahkantepatnya
di Kecamatan Pandeglang. Kemudian seni ini menyebar ke daerah-daerahsekitarnya,
malah hingga ke Kabupaten Serang.
Seni
rampak bedug mulai ramai dipertandingkan pada tahun 1955-1960. Kemudian
antara tahun 1960-1970 Haji Ilen menciptakan suatu tarian kreatif dalam seni
rampak bedug. Rampak bedug yang berkembang saat ini dapat dikatakan sebagai hasil
kreasi Haji Ilen dan sampai sekarang Haji Ilen masih ada. Rampak bedug kemudian dikembangkan
oleh berempat yaitu : haji Ilen, Burhata (almarhum), juju, dan Rahmat. Hingga
sekarang ini sudah banyak kelompok-kelompok pemain rampak bedug.
KESENIAN RAMPAK BEDUG
Kata “Rampak” mengandung arti “Serempak”. Jadi “Rampak Bedug”
adalah seni bedug dengan menggunakan waditra berupa “banyak” bedug dan ditabuh
secara “serempak” sehingga menghasilkan irama khas yang enak didengar. Rampak
bedug hanya terdapat di daerah Banten sebagai ciri khas seni budaya Banten.
Rampak Bedug” dapat dikatakan sebagai pengembangan dari seni
bedug atau ngadulag. Bila ngabedug dapat dimainkan oleh siapa saja, maka
“Rampak Bedug” hanya bisa dimainkan oleh para pemain profesional. Rampak bedug
bukan hanya dimainkan di bulan Ramadhan, tapi dimainkan juga secara profesional
pada acara-acara hajatan (hitanan, pernikahan) dan hari-hari peringatan
kedaerahan bahkan nasional. Rampak bedug merupakan pengiring Takbiran, Ruwatan,
Marhabaan, Shalawatan (Shalawat Badar), dan lagu-lagu bernuansa religi lainnya.
Di
masa lalu pemain rampak bedug terdiri dari semuanya laki-laki. Tapi sekarang
sama halnya dengan banyak seni lainnya terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Mungkin demikian karena seni rampak bedug mempertunjukkan tarian-tarian yang
terlihat indah jika ditampilkan oleh perempuan (selain tentunya laki-laki).
Jumlah pemain sekitar 10 orang, laki-laki 5 orang dan perempuan 5 orang. Adapun
fungsi masing-masing pemain adalah sebagai berikut pemain laki-laki sebagai
penabuh bedug dan sekaligus kendang sedangkan pemain perempuan sebagai penabuh
bedug, baik pemain laki-laki maupun perempuan sekaligus juga sebagai penari.
Busana
yang dipakai oleh pemain rampak bedug adalah pakaian Muslim dan Muslimah yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman dan unsur kedaerahan. Pemain laki-laki
misalnya mengenakan pakaian model pesilat lengkap dengan sorban khas Banten,
tapi warna-warninya menggambarkan kemoderenan: hijau, ungu, merah, dan
lain-lain (bukan hitam atau putih saja). Adapun pemain perempuan mengenakan
pakaian khas tari-tari tradisional, tapi bercorak kemoderenan dan relatif
religius. Misalnya menggunakan rok panjang bawah lutut dari bahan batik dengan
warna dasar kuning dan di dalamnya mengenakan celana panjang warna merah jenis
celana panjang pesilat. Di Luarnya mengenakan kain merah tanpa dijahit yang
bisa dililitkan dan digunakakan untuk semacam tarian selendang. Bajunya tangan
panjang yang dikeluarkan dan diikat dengan memakai ikat pinggang besar. Adapun
rambutnya mengenakan sejenis sanggul bungan yang terbuat dari rajutan benang
semacam penutup kepala bagian belakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar