Senin, 30 November 2015

ALAM CERMIN TUHAN

ALAM CERMIN TUHAN
Mengapa kita bercermin? Karena kita tidak dapat melihat wajah kita secara langsung dan secara keseluruhan. Kita ingin melihat wajah kita, maka kita membutuhkan cermin. Pada saat kita melihat cermin, kita jadi tahu seperti apa rupa wajah kita. Tapi pada saat yang sama, kita pun yakin bahwa wajah yang tampak di cermin itu bukan wajah kita yang sebenarnya. Ia tidak betul-betul ada, sebab kita tahu wajah yang kita lihat itu hanyalah bayangan dari wajah kita yang asli, yang kita rasakan menempel di atas leher kita.
Ketika kita melihat ke dalam cermin dan mendapati ada sebentuk wajah di dalamnya (kita sebut “wajah-dalam-cermin”), secara otomatis kita tahu pasti bahwa ada wajah asli yang sedang nampang di depan cermin (kita sebut “wajah-depan-cermin). Terlihatnya wajah-dalam-cermin meniscayakan adanya wajah-depan-cermin.
Seperti itulah analogi alam semesta dalam kaitannya dengan Tuhan. Alam semesta ibarat wajah-dalam-cermin. Ia dapat kita lihat, tapi kita tahu ia bukan yang sebenarnya. Jika ada wajah-dalam-cermin, niscaya ada wajah-depan-cermin. Kita yakin adanya, meski kita tak melihatnya. Itulah Tuhan.

FILSAFAT ( PEMBAGIAN PENGETAHUAN, ASPEK PENGETAHUAN DAN SUMBER PENGETAHUAN)

PEMBAGIAN PENGETAHUAN

Saat ini pembagian pengetahuan yang dianggap baku boleh dikatakan tidak ada yang memuaskan dan diterima semua pihak. Pembagian yang lazim dipakai dalam dunia keilmuan di Barat terbagi menjadi dua saja, sains (pengetahuan ilmiah) dan humaniora. Termasuk ke dalam sains adalah ilmu-ilmu alam (natural sciences) dan ilmu-ilmu sosial (social sciences), dengan cabang-cabangnya masing-masing. Termasuk ke dalam humaniora adalah segala pengetahuan selain itu, misalnya filsafat, agama, seni, bahasa, dan sejarah.
Penempatan beberapa jenis pengetahuan ke dalam kelompok besar humaniora sebenarnya menyisakan banyak kerancuan karena besarnya perbedaan di antara pengetahuan-pengetahuan itu, baik dari segi ontologi, epistemologi, maupun aksiologi. Kesamaannya barangkali terletak pada perbedaannya, atau barangkali sekadar pada fakta bahwa pengetahuan-pengetahuan humaniora itu tidak dapat digolongkan sebagai sains. Humaniora itu sendiri, pengindonesiaan yang tidak persis dari kata Inggris humanities, berarti (segala pengetahuan yang) berkaitan dengan atau perihal kemanusiaan. Tetapi kalau demikian, maka ilmu-ilmu sosial pun layak dimasukkan ke dalam humaniora karena sama-sama berkaitan dengan kemanusiaan.
Perlu diketahui bahwa akhir-akhir ini kajian epistemologi di Barat cenderung menolak kategorisasi pengetahuan (terutama dalam humaniora dan ilmu sosial) yang ketat. Pemahaman kita akan suatu permasalahan tidak cukup mengandalkan analisis satu ilmu saja. Oleh karena itu muncullah gagasan pendekatan interdisiplin atau multidisplin dalam memahami suatu permasalahan. Bidang-bidang kajian yang ada di perguruan tinggi-perguruan tinggi Barat tidak lagi hanya berdasarkan jenis-jenis keilmuan tradisional, tetapi pada satu tema yang didekati dari gabungan berbagai disiplin. Misalnya program studi Timur Tengah, studi Asia Tenggara, studi-studi keislaman (Islamic studies), studi budaya (cultural studies), dll.
Tema-tema yang dahulu menjadi monopoli satu ilmu pun kini harus didekati dari berbagai macam disiplin agar diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif. Wilayah-wilayah geografis tertentu, misalnya Jawa, suku Papua, pedalaman Kalimantan, atau Maroko dan Indian, yang dahulu dimonopoli ilmu antropologi, kini harus dipahami dengan menggunakan berbagai macam disiplin (sosiologi, psikologi, semiotik, bahkan filsafat).
Pendekatan interdisiplin ini pun kini menguat dalam kajian-kajian keislaman, termasuk dalam fikih. Untuk menentukan status hukum terutama dalam permasalahan kontemporer, pemakaian ilmu fikih murni tidak lagi memadai. Apalagi jika fikih dimengerti sebagai fikih warisan zaman mazhab-mazhab. Ilmu-ilmu modern saat ini menuntut untuk lebih banyak dilibatkan dalam penentuan hukum suatu masalah. Sekadar contoh, untuk menentukan hukum pembuatan bayi tabung, diperlukan pemahaman akan biologi dan kedokteran. Untuk menghukumi soal berbisnis di bursa saham, ilmu ekonomi harus dipahami. Dll.

TIGA ASPEK PENGETAHUAN

Ada tiga aspek yang membedakan satu pengetahuan dengan pengetahuan lainnya, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Ontologi

Ontologi adalah pembahasan tentang hakekat pengetahuan. Ontologi membahas pertanyaan-pertanyaan semacam ini: Objek apa yang ditelaah pengetahuan? Adakah objek tersebut? Bagaimana wujud hakikinya? Dapatkah objek tersebut diketahui oleh manusia, dan bagaimana caranya?

Epistemologi

Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa? Kriterianya apa saja?

Aksiologi

Aksiologi adalah pembahasan mengenai nilai moral pengetahuan. Aksiologi menjawab pertanyaan-pertanyaan model begini: untuk apa pengetahuan itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan pengetahuan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara metode pengetahuan dengan norma-norma moral/profesional?
Perbedaan suatu pengetahuan dengan pengetahuan lain tidak mesti dicirikan oleh perbedaan dalam ketiga aspek itu sekaligus. Bisa jadi objek dari dua pengetahuan sama, tetapi metode dan penggunaannya berbeda. Filsafat dan agama kerap bersinggungan dalam hal objek (sama-sama membahas hakekat alam, baik-buruk, benar-salah, dsb), tetapi metode keduanya jelas beda. Sementara perbedaan antar sains terutama terletak pada objeknya, sedangkan metodenya sama.

SUMBER PENGETAHUAN

Indera

Indera digunakan untuk berhubungan dengan dunia fisik atau lingkungan di sekitar kita. Indera ada bermacam-macam; yang paling pokok ada lima (panca indera), yakni indera penglihatan (mata) yang memungkinkan kita mengetahui warna, bentuk, dan ukuran suatu benda; indera pendengaran (telinga) yang membuat kita membedakan macam-macam suara; indera penciuman (hidung) untuk membedakan bermacam bau-bauan; indera perasa (lidah) yang membuat kita bisa membedakan makanan enak dan tidak enak; dan indera peraba (kulit) yang memungkinkan kita mengetahui suhu lingkungan dan kontur suatu benda.
Pengetahuan lewat indera disebut juga pengalaman, sifatnya empiris dan terukur. Kecenderungan yang berlebih kepada alat indera sebagai sumber pengetahuan yang utama, atau bahkan satu-satunya sumber pengetahuan, menghasilkan aliran yang disebutempirisisme, dengan pelopornya John Locke (1632-1714) dan David Hume dari Inggris. Mengenai kesahihan pengetahuan jenis ini, seorang empirisis sejati akan mengatakan indera adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya, dan pengetahuan inderawi adalah satu-satunya pengetahuan yang benar.
Tetapi mengandalkan pengetahuan semata-mata kepada indera jelas tidak mencukupi. Dalam banyak kasus, penangkapan indera seringkali tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Misalnya pensil yang dimasukkan ke dalam air terlihat bengkok, padahal sebelumnya lurus. Benda yang jauh terlihat lebih kecil, padahal ukuran sebenarnya lebih besar. Bunyi yang terlalu lemah atau terlalu keras tidak bisa kita dengar. Belum lagi kalau alat indera kita bermasalah, sedang sakit atau sudah rusak, maka kian sulitlah kita mengandalkan indera untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.

Akal

Akal atau rasio merupakan fungsi dari organ yang secara fisik bertempat di dalam kepala, yakni otak. Akal mampu menambal kekurangan yang ada pada indera. Akallah yang bisa memastikan bahwa pensil dalam air itu tetap lurus, dan bentuk bulan tetap bulat walaupun tampaknya sabit. Keunggulan akal yang paling utama adalah kemampuannya menangkap esensi atau hakikat dari sesuatu, tanpa terikat pada fakta-fakta khusus. Akal bisa mengetahui hakekat umum dari kucing, tanpa harus mengaitkannya dengan kucing tertentu yang ada di rumah tetangganya, kucing hitam, kucing garong, atau kucing-kucingan.
Akal mengetahui sesuatu tidak secara langsung, melainkan lewat kategori-kategori atau ide yang inheren dalam akal dan diyakini bersifat bawaan. Ketika kita memikirkan sesuatu, penangkapan akal atas sesuatu itu selalu sudah dibingkai oleh kategori. Kategori-kategori itu antara lain substansi, kuantitas, kualitas, relasi, waktu, tempat, dan keadaan.
Pengetahuan yang diperoleh dengan akal bersifat rasional, logis, atau masuk akal. Pengutamaan akal di atas sumber-sumber pengetahuan lainnya, atau keyakinan bahwa akal adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang benar, disebut aliran rasionalisme, dengan pelopornya Rene Descartes (1596-1650) dari Prancis. Seorang rasionalis umumnya mencela pengetahuan yang diperoleh lewat indera sebagai semu, palsu, dan menipu.

Hati atau Intuisi

Organ fisik yang berkaitan dengan fungsi hati atau intuisi tidak diketahui dengan pasti; ada yang menyebut jantung, ada juga yang menyebut otak bagian kanan. Pada praktiknya, intuisi muncul berupa pengetahuan yang tiba-tiba saja hadir dalam kesadaran, tanpa melalui proses penalaran yang jelas, non-analitis, dan tidak selalu logis. Intuisi bisa muncul kapan saja tanpa kita rencanakan, baik saat santai maupun tegang, ketika diam maupun bergerak. Kadang ia datang saat kita tengah jalan-jalan di trotoar, saat kita sedang mandi, bangun tidur, saat main catur, atau saat kita menikmati pemandangan alam.
Intuisi disebut juga ilham atau inspirasi. Meskipun pengetahuan intuisi hadir begitu saja secara tiba-tiba, namun tampaknya ia tidak jatuh ke sembarang orang, melainkan hanya kepada orang yang sebelumnya sudah berpikir keras mengenai suatu masalah. Ketika seseorang sudah memaksimalkan daya pikirnya dan mengalami kemacetan, lalu ia mengistirahatkan pikirannya dengan tidur atau bersantai, pada saat itulah intuisi berkemungkinan muncul. Oleh karena itu intuisi sering disebut supra-rasional atau suatu kemampuan yang berada di atas rasio, dan hanya berfungsi jika rasio sudah digunakan secara maksimal namun menemui jalan buntu.
Hati bekerja pada wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh akal, yakni pengalaman emosional dan spiritual. Kelemahan akal ialah terpagari oleh kategori-kategori sehingga hal ini, menurut Immanuel Kant (1724-1804), membuat akal tidak pernah bisa sampai pada pengetahuan langsung tentang sesuatu sebagaimana adanya (das ding an sich) ataunoumena. Akal hanya bisa menangkap yang tampak dari benda itu (fenoumena), sementara hati bisa mengalami sesuatu secara langsung tanpa terhalang oleh apapun, tanpa ada jarak antara subjek dan objek. Kecenderungan akal untuk selalu melakukan generalisasi (meng-umumkan) dan spatialisasi (meruang-ruangkan) membuatnya tidak akan mengerti keunikan-keunikan dari kejadian sehari-hari. Hati dapat memahami pengalaman-pengalaman khusus, misalnya pengalaman eksistensial, yakni pengalaman riil manusia seperti yang dirasakan langsung, bukan lewat konsepsi akal. Akal tidak bisa mengetahui rasa cinta, hatilah yang merasakannya. Bagi akal, satu jam di rutan salemba dan satu jam di pantai carita adalah sama, tapi bagi orang yang mengalaminya bisa sangat berbeda. Hati juga bisa merasakan pengalaman religius, berhubungan dengan Tuhan atau makhluk-makhluk gaib lainnya, dan juga pengalaman menyatu dengan alam.
Pengutamaan hati sebagai sumber pengetahuan yang paling bisa dipercaya dibanding sumber lainnya disebut intuisionisme. Mayoritas filosof Muslim memercayai kelebihan hati atas akal. Puncaknya adalah Suhrawardi al-Maqtul (1153-1192) yang mengembangkan mazhab isyraqi (iluminasionisme), dan diteruskan oleh Mulla Shadra (w.1631). Di Barat, intuisionisme dikembangkan oleh Henry Bergson.
Selain itu, ada sumber pengetahuan lain yang disebut wahyu. Wahyu adalah pemberitahuan langsung dari Tuhan kepada manusia dan mewujudkan dirinya dalam kitab suci agama. Namun sebagian pemikir Muslim ada yang menyamakan wahyu dengan intuisi, dalam pengertian wahyu sebagai jenis intuisi pada tingkat yang paling tinggi, dan hanya nabi yang bisa memerolehnya.
Dalam tradisi filsafat Barat, pertentangan keras terjadi antara aliran empirisisme dan rasionalisme. Hingga awal abad ke-20, empirisisme masih memegang kendali dengan kuatnya kecenderungan positivisme di kalangan ilmuwan Barat. Sedangkan dalam tradisi filsafat Islam, pertentangan kuat terjadi antara aliran rasionalisme dan intuisionisme (iluminasionisme, ‘irfani), dengan kemenangan pada aliran yang kedua. Dalam kisah perjalanan Nabi Khidir a.s. dan Musa a.s., penerimaan Musa atas tindakan-tindakan Khidir yang mulanya ia pertanyakan dianggap sebagai kemenangan intuisionisme. Penilaian positif umumnya para filosof Muslim atas intuisi ini kemungkinan besar dimaksudkan untuk memberikan status ontologis yang kuat pada wahyu, sebagai sumber pengetahuan yang lebih sahih daripada rasio.

LOGIKA

Logika adalah cara berpikir atau penalaran menuju kesimpulan yang benar. Aristoteles (384-322 SM) adalah pembangun logika yang pertama. Logika Aristoteles ini, menurut Immanuel Kant, 21 abad kemudian, tidak mengalami perubahan sedikit pun, baik penambahan maupun pengurangan.
Aristoteles memerkenalkan dua bentuk logika yang sekarang kita kenal dengan istilah deduksi dan induksi. Logika deduksi, dikenal juga dengan nama silogisme, adalah menarik kesimpulan dari pernyataan umum atas hal yang khusus. Contoh terkenal dari silogisme adalah:
  • Semua manusia akan mati (pernyataan umum, premis mayor)
  • Isnur manusia (pernyataan antara, premis minor)
  • Isnur akan mati (kesimpulan, konklusi)

Logika induksi adalah kebalikan dari deduksi, yaitu menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus menuju pernyataan umum. Contoh:
  •  Isnur adalah manusia, dan ia mati (pernyataan khusus)
  •  Muhammad, Asep, dll adalah manusia, dan semuanya mati (pernyataan antara)
  • Semua manusia akan mati (kesimpulan)

SEJARAH BANTEN (BANTEN LAMA)

SEJARAH BANTEN (BANTEN LAMA)


Nama Banten mulai terdengar menjelang abad XII. Setidaknya pada abad XII-XV Banten sudah menjadi pelabuhan kerajaan Sunda. Menurut Ten Dam di daerah sekitar ibu kota kerajaan Sunda yakni Pajajaran, yang lokasinya sekitar Bogor sekarang, sudah ada dua jalur jalan darat penting yang menghubungkan daerah pantai utara dengan ibukota. Salah satu dan jalur darat itu ialah jalan dan ibukota Pajajaran menuju Jasinga, kemudian membelok ke utara Rangkasbitung, dan berakhir di Banten Girang, yang terletak kira-kira ± 3 km di sebelah selatan kota Serang atau sekitar ±13 km dan Banten Lama.
Pada waktu Tome Pires mengunjungi Banten tahun 1513, Banten merupakan pelabuhan kedua terbesar setelah Sunda Kelapa di kerajaan Sunda. Hubungan dagang telah banyak dilakukan antara Banten dengan Sumatera dan banyak perahu yang berlabuh di Banten. Pada waktu itu Banten sudah merupakan pelabuhan pengekspor beras, bahan makanan, dan lada. Sedangkan sekitar tahun 1522 Banten sudah merupakan pelabuhan yang cukup berarti, di mana kerajaan Sunda Kelapa sudah mengekspor 1000 bahar lada pertahun.
Ketika kerajaan Islam berdiri, pusat kekuasaan di wilayah ini yang semula berkedudukan di Banten Girang, dipindahkan ke keraton Surosowan di Banten Lama dekat pantai. Dari sudut politik dan ekonomi, pemindahan ini dimaksudkan untuk memudahkan hubungan antara pesisir utara Jawa dengan pesisir Sumatera melalui selat Sunda dan Samudera Indonesia. Situasi ini berkaitan dengan kondisi politik di Asia Tenggara masa itu di mana Malaka sudah jatuh di bawah kekuasaan Portugis, sehingga pedagang-pedagang mengalihkan jalur dagangnya melalui Selat Sunda.
Berdirinya keraton Surosowan sebagai ibu kota kerajaan Banten adalah atas petunjuk dan perintah Sunan Gunung Jati kepada putranya Hasanuddin yang kemudian menjadi raja Banten pertama. Kedatangan penguasa Islam ke daerah Banten terjadi kira-kira 1524-1525 pada saat mana daerah Banten masih berada dalam kekuasaan kerajaan Sunda dengan penguasanya bernama Rabu Pucuk Umum. Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah yang menjadi penguasa pertama di Banten tidak mentasbihkan diri menjadi raja pertama tetapi menyerahkan kekuasaannya kepada putranya Maulana Hasanuddin. Sultan Hasanuddin dinobatkan menjadi raja Banten pada tahun 1552. Selain membangun keraton Sunosowan, Hasanuddin juga membangun mesjid di sekitar Banten Lama sekarang.
Hasanuddin digantikan oleh Maulana Yusuf sebagai raja Banten yang kedua (1570-15 80). Ia telah memperluas wilayah kekuasaan kerajaan Banten sampai jauh ke pedalaman yang semula masih dikuasai kerajaan Sunda dan berhasil menduduki ibukota keraja.an di Pakuwan. Maulana Yusuf memperluas bangunan Mesjid Agung dengan membuat serambi dan juga telah membangun sebuah mesjid lain di Kasunyatan (selatan Banten Lama). Waktu Maulana Yusuf wafat yang berhak naik tahta ialah Pangeran Muhammad. Karena waktu itu pangeran Muhammad masih kecil maka yang bertindak sebagai wali raja ialah Pangeran Aria Japara.

Salah satu peristiwa penting dan masa pemerintahan Pangeran Muhammad ialah kedatangan - kapal-kapal Belanda pada tahun 1596 yang berlabuh dipelabuhan Banten dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Dan merekalah kita mendapat catatan-catatan tertulis yang sangat berharga tentang Banten. Dan catatan Jan Jansz Kaerel tertanggal 6 Agustus 1596 disebutkan bahwa kapal-kapal asing yang benlabuh di pelabuhan Banten harus mendapat ijin Shyahbandar. Untuk masuk ke kota Banten dan pelabuhan terlebih dahulu harus melalui “‘tolhuis” atau kios pungut pajak.
Dan gambar kota Banten tahun 1596 dapat dilihat bahwa dekat pasarjuga terdapat mesjid. Kota Banten sebagai ibukota kerajaan sudah mempunyai pagar tembok dan batu bata, yang berfungsi sebagai pagar tembok keliling kota. Tentang pasar sebagai pusat perekonomian dapat dibaca catatan dan Willem Lodewiycksz yang menggambarkan keadaan pasar Banten.
Barang perdagangan yang ada di pasar Banten terdiri dan barang-barang dan dalam dan luar negeri seperti sutera, beludru, porselin, sedangkan barang-barang dan daerah selempat ad&ah barang-barang untuk keperluan sehari-hari seperti buah-buahan, sayuran, cabe, gula, madu, gambir, bambu, kenis, lombak dan lain-lain.
Untuk jual beli di pasar atau dalam transaksi perdagangan di Banten sudah digunakan mata uang sebagai alat pembayaran. Ketika Tome Pires (1513) mengunjungi beberapa pelabuhan di Jawa mata uang yang dipakai sebagai alat tukar adalah mata uang Cina yaitu Casha (Caxa). Namun dapat juga disebutkan bahwa mata uang lersebut pada abad XVI merupakan alat tukar yang utama dalam perdagangan di Banten. Hal terseout telah membuktikan bahwa Banten pada waktu itu telah mendapat perhatian dan pedagang-pedagang internasional atau asing.
Mulai abad XVII  kondisi social politik Banten ditandai  adanya pengaruh Belanda dalam kehidupan tata pemenintahan dan perdagangan dikalangan kerajaan, sehinga abad ini merupakan puncak kemaj uan kerajaan.
Catatan mengenai kota Banten pada abad XVII dapat kita peroleh dan berbagai sumber. Di sebut bahwa pada tahun 1664 Banten sudah dikelilingi oleh tembok kuat yang terbual dan bata dan bermeniam, Pada masa pemenintahan Sultan Abu Nash Abdul Qahhar dihenti benteng sekeliling. Berdasarkan catatan Belanda, benteng ini dibuat oleh Hendrik Lucaszoon Carded. Di mana iajuga membangun menara dan gedung tiyamah dipelataran halaman Mesjid Agung.
Pada abad XVII, Banten telah mendapat kemajuan dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Banyak orang asing terutama orang Asia, melakukan hubungan dagang dengan kerajaan Banten. Orang Gujarat merupakan penghuhung antara pedagang asing dengan penguasa kerajaan. Pada waktu itu di Banten terdapat barang-barang mewah yang diperdagangkan hal tersebut menandakan bahwa tingkat konsumsi dan masyarakat Banten cukup tinggi. Setiap tahunnya banyak pedagang-pedagang Cina yang berlabuh di Banten. Kebanyakan dan mereka menukankan barang dagangan meneka dengan lada. Hal ini telah membuktikan bahwa Banten telah ramai dikunjungi orang asing.
Pada abad 18 rakyat Banten tidak mau bekerja sama dengan Belanda sehingga banyak pemimpin-pemimpin di Banten bangkit melawan Belanda. Terutama ketika Banten diperintah oleh Sultan Fathi Muhammad Zainul Arifin banyak sekali terjadi penlawanan. Hal tersebut sebagai pengaruh kebijaksanaan Belanda yang sangat menekan Rakyat Banten, misalnya seperti kerja paksa, dan lain-lain. Akibat dan ini, maka pada tahun 1735 Sultan Fathi Muhamammad Zainul Arifin ditangkap dan dibuang ke Ambon. Setelah ini kerajaan dipenntah oleh Sultan Wasi Zainul Alimin yang hanya memenintah selama satu tahun dan kemudian digantikan oleh Sultan Muhammad Arif Zainul Asikin yang memerintah sampai tahun 1773. Selanjutnya diteruskan oleh Sultan lshak Zainul Muttaqin, Kemudian pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Syafiuddin penduduk dipaksa bekerja utuk membangun sebuah pelabuhan besar di Labuhan. Proyek ini banyak memakan korban jiwa. Sultan Muhammad Syariuddin merasa prihatin atas keadian tersebut, ia tidak ingin mengorbankan rakyatnya dan kemudian langsung menyuruh menghentikan proyek tersebut. Keadaan yang demikian mengakibatkan Daendels menjadi marah dan memerintahkan Du Puy untuk memperingatkan Sultan. Karena tindakan Du Puy yang dianggap tdak sopan terhadap Sultan, maka diapun dibunuh oleh masyarakat di depan keraton. Akibatnya, sebagai tindakan pembalasan, kemudian Sultan ditangkap dan dibuang ke Ambon.
Setelah itu wilayah Banten diduduki oleh Belanda, keraton Surosowan dihancurkan, lantainya dibongkar dan dibawa ke Serang untuk membangun kantor perwakilan Belanda. Walaupun Sultan Muhammad Rafiuddin masih memerintah, namun kekuasaannya sudah tidak berarti apa-apa lagi. Waktu itu pusat kerajaan telah dipindahkan ke keraton Kaibon. Pada tahun  1816, datang utusan dari Belanda di bawah pimpinan Gubernur Van Der Capellen dan mengambil alih kekuasaan dan tangan Sultan Muhammad Rafiudin. Oleh Belanda wilayah kekuasaan kerajaan dibagi menjadi tiga kabupaten yaitu Serang, Lebak dan Cairingin. Maka dengan ini berakhirlah masa kesultanan di Banten.

PENERAPAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

PENERAPAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

1.      Sikap yang sesuai dengan sila pertama
Sila pertama pancasila berbunyi : Ketuhanan yang Maha Esa. Sila ini berhubungan dengan perilaku kita sebagai umat beragama pada Tuhannya.
2.      Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut:
·         Percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai ajaran agama yang dianut masing-masing
·         Menjalankan perintah agama sesuai ajaran yang dianut masing-masing
·         Saling menghormati antarumat beragama
·         Tidak memaksakan suatu agama pada orang lain
3.      Contoh sikap yang sesuai dengan sila kedua
Sila kedua pancasila berbunyi : Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ini berhubungan dengan perilaku kita sebagai manusia yang pada hakikatnya semuanya sama didunia ini.
4.        Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut:
  • Tidak membeda bedakan manusia berdasarkan suku, agama, warna kulit, tingkat ekonomi, maupun tingkat pendidikan
  • Menyadari bahwa kita diciptakan sama oleh Tuhan
  • Membela kebenaran dan keadilan
  • Menyadari bahwa kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama
  • Tidak melakukan diskriminatif
5.        Contoh sikap yang sesuai dengan sila ketiga.
Sila ketiga pancasila berbunyi : Persatuan Indonesia. Sila ini berhubungan dengan perilaku kita sebagai warga Negara Indonesia untuk bersatu membangun negeri ini.
6.      Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut:
  • Cinta pada tanah air dan bangsa
  • Menjaga nama baik bangsa dan Negara
  • Tidak membangga banggakan bangsa lain dan merendahkan bangsa sendiri
  • Ikut serta dalam ketertiban dunia
  • Menjunjung tinggi persatuan bangsa
  • Mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan
7.      Contoh sikap yang sesuai sila keempat
Sila keempat pancasila berbunyi : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Sila ini berhubungan dengan perilaku kita untuk selalu bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah.
8.      Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut:
  • Selalu mengedepankan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam menyelesaikan masalah
  • Tidak memaksakan kehendak pada orang lain
  • Mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara
  • Menghormati hasil musyawarah
  • Ikut serta dalam pemilihan umum
  • Contoh sikap yang sesuai sila kelima.
    Sila kelima pancasila berbunyi : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ini berhubungan dengan perilaku kita dalam bersikap adil pada semua orang.
·         Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut:
  • Berusaha menolong orang lain sesuai kemampuan
  • Menghargai hasil karya orang lain
  • Tidak mengintimidasi orang dengan hak milik kita
  • Menjunjung tinggi nilai kekeluargaan
  • Menghormati hak dan kewajiban orang lain


sejarah dan kesenian rampak bedug

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN RAMPAK BEDUG
Tahun 1950-an merupakan awal mula diadakannya pentas rampak bedug. Pada waktu itu, di Kecamatan Pandeglang pada khususnya, sudah biasa diadakan pertandingan antar kampung. Sampai tahun 1960 rampak bedug masih merupakan hiburan rakyat, persis ngabedug. Kapan rampak bedug diciptakan, mungkin jauh sebelum tahun 1950-an. Siapa pencipta awal rampak bedug ? Ini pun sepertinya tidak dicatat. Bahkan mungkin saja sang creator tidak menyebut-nyebut dirinya. Hanya saja disebut-sebut, bahkantepatnya di Kecamatan Pandeglang. Kemudian seni ini menyebar ke daerah-daerahsekitarnya, malah hingga ke Kabupaten Serang.
Seni rampak bedug mulai ramai dipertandingkan pada tahun 1955-1960. Kemudian antara tahun 1960-1970 Haji Ilen menciptakan suatu tarian kreatif dalam seni rampak bedug. Rampak bedug yang berkembang saat ini dapat dikatakan sebagai hasil kreasi Haji Ilen dan sampai sekarang Haji Ilen masih ada. Rampak bedug kemudian dikembangkan oleh berempat yaitu : haji Ilen, Burhata (almarhum), juju, dan Rahmat. Hingga sekarang ini sudah banyak kelompok-kelompok pemain rampak bedug.
KESENIAN RAMPAK BEDUG
Kata “Rampak” mengandung arti “Serempak”. Jadi “Rampak Bedug” adalah seni bedug dengan menggunakan waditra berupa “banyak” bedug dan ditabuh secara “serempak” sehingga menghasilkan irama khas yang enak didengar. Rampak bedug hanya terdapat di daerah Banten sebagai ciri khas seni budaya Banten.
Rampak Bedug” dapat dikatakan sebagai pengembangan dari seni bedug atau ngadulag. Bila ngabedug dapat dimainkan oleh siapa saja, maka “Rampak Bedug” hanya bisa dimainkan oleh para pemain profesional. Rampak bedug bukan hanya dimainkan di bulan Ramadhan, tapi dimainkan juga secara profesional pada acara-acara hajatan (hitanan, pernikahan) dan hari-hari peringatan kedaerahan bahkan nasional. Rampak bedug merupakan pengiring Takbiran, Ruwatan, Marhabaan, Shalawatan (Shalawat Badar), dan lagu-lagu bernuansa religi lainnya.
Di masa lalu pemain rampak bedug terdiri dari semuanya laki-laki. Tapi sekarang sama halnya dengan banyak seni lainnya terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mungkin demikian karena seni rampak bedug mempertunjukkan tarian-tarian yang terlihat indah jika ditampilkan oleh perempuan (selain tentunya laki-laki). Jumlah pemain sekitar 10 orang, laki-laki 5 orang dan perempuan 5 orang. Adapun fungsi masing-masing pemain adalah sebagai berikut pemain laki-laki sebagai penabuh bedug dan sekaligus kendang sedangkan pemain perempuan sebagai penabuh bedug, baik pemain laki-laki maupun perempuan sekaligus juga sebagai penari.
http://kebudayaanindonesia.net/media/images/upload/culture/rampakbedug4_4_1375156111.jpg

Busana yang dipakai oleh pemain rampak bedug adalah pakaian Muslim dan Muslimah yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan unsur kedaerahan. Pemain laki-laki misalnya mengenakan pakaian model pesilat lengkap dengan sorban khas Banten, tapi warna-warninya menggambarkan kemoderenan: hijau, ungu, merah, dan lain-lain (bukan hitam atau putih saja). Adapun pemain perempuan mengenakan pakaian khas tari-tari tradisional, tapi bercorak kemoderenan dan relatif religius. Misalnya menggunakan rok panjang bawah lutut dari bahan batik dengan warna dasar kuning dan di dalamnya mengenakan celana panjang warna merah jenis celana panjang pesilat. Di Luarnya mengenakan kain merah tanpa dijahit yang bisa dililitkan dan digunakakan untuk semacam tarian selendang. Bajunya tangan panjang yang dikeluarkan dan diikat dengan memakai ikat pinggang besar. Adapun rambutnya mengenakan sejenis sanggul bungan yang terbuat dari rajutan benang semacam penutup kepala bagian belakang.

Sistem Pendidikan dan Problematika Pendidikan di Indonesia

Sistem Pendidikan dan Problematika Pendidikan di Indonesia


Indonesia merupakan negara yang mutu pendidikannya masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain bahkan sesama anggota negara ASEAN pun kualita SDM bangsa Indonesia masuk dalam peringkat yang paling rendah. Hal ini terjadi karena pendidikan di Indonesia belum dapat berfungsi secara maksimal. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia harus segera diperbaiki agar mampu melahirkan generasi yang memiliki keunggulan dalam berbagai bidang supaya bangsa Indonesia dapat bersaing dengan bangsa lain dan agar tidak semakin tertinggal karena arus global yang berjalan cepat.
     Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia diperlukan sistem pendidikan yang responsif terhadap perubahan dan tuntutan zaman. Perbaikan itu dilakukan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus menggunakan sistem pendidikan dan pola kebijakan yang sesuai dengan keadaan Indonesia.
     Masa depan suatu bangsa sangat tergantung pada mutu sumber daya manusianya dan kemampuan peserta didiknya untuk menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Hal tersebut dapat kita wujudkan melalui pendidikan dalam keluarga, pendidikan masyarakat maupun pendidikan sekolah.
     Saat ini pendidikan sekolah wajib di terima oleh seluruh masyarakat Indonesia, karena dengan mengenyam pendidikan kita dapat mengikuti arus global dan dapat mengejar ketertinggalan kita dari bangsa lain. Namun dalam kenyataannya sekarang ini masih banyak orang yang belum dapat mengenyam pendidikan sekolah karena faktor ekonomi. Akan tetapi di dalam era global ini, hal tersebut tidak boleh terjadi karena akan menghambat perkembangan SDM dan bangsa pada umumnya. Maka dari itu, pemerintah Indonesia harus mengambil kebijakan yang dapat mengatasi masalah tersebut.

 Sistem Pendidikan yang di Anut di Indonesia
     Indonesia sekarang menganut sistem pendidikan nasional. Namun, sistem pendidikan nasional masih belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ada beberapa sistem di Indonesia yang telah dilaksanakan, di antaranya:
1.      Sistem Pendidikan Indonesia yang berorientasi pada nilai.
2.      Sistem pendidikan ini telah diterapkan sejak sekolah dasar. Disini peserta didik diberi pengajaran kejujuran, tenggang rasa, kedisiplinan, dsb. Nilai ini disampaikan melalui pelajaran Pkn, bahkan nilai ini juga disampaikan di tingkat pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
3.      Indonesia menganut sistem pendidikan terbuka.
4.      Menurut sistem pendidikan ini, peserta didik di tuntut untuk dapat bersaing dengan teman, berfikir kreatif dan inovatif
5.      Sistem pendidikan beragam.
6.      Di Indonesia terdiri dari beragam suku, bahasa, daerah, budaya, dll. Serta pendidikan Indonesia yang terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal.
7.      Sistem pendidikan yang efisien dalam pengelolaan waktu.
8.      Di dalam KBM, waktu di atur sedemikian rupa agar peserta didik tidak merasa terbebani dengan materi pelajaran yang disampaikan karena waktunya terlalu singkat atau sebaliknya.
9.      Sistem pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan zaman.
10.  Dalam sistem ini, bangsa Indonesia harus menyesuaikan kurikulum dengan keadaan saat ini. Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia sering mengalami perubahan / pergantian dari waktu ke waktu, hingga sekarang Indonesia menggunakan kurikulum KTSP.

Masalah-masalah yang di Temukan di Lapangan
1.      Masalah Penduduk
Masalah penduduk merupakan satu masalah pokok yang dihadapi seluruh bangsa indonesia. Masalah ini sangat penting sebab bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya tidak dapat diperkembangkan tanpa memperhatikan masalah kependudukan.
2.      Sumber-sumber Terbatas
Sumber-sumber yang kita perlukan untuk menaikan laju pertambahan biaya pendidikan, pada analisan terakhir tergantung pada tingkat kemakmuran. Kemakmuran tidak hanya dapat dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi saja. Kekurangan sumber dapat dilihat pada kurangnya dana, tenaga dan fasilitas.
3.      Undang-undang Pendidikan Belum Lengkap
Masalah masih belum lengkapnya perundang-undangan pendidikan dan kebudayaan, ini merupakan salah satu sebab utama masih belum lengkap dan belum sempurnanya peraturan-peraturan serta cara-cara kerja, pada hal itu semua sangat perlu untuk menjamin lancarnnya gerak roda pembaharuan pendidikan.
4.      Tingkat Kesejahteraan Tenaga-tenaga Pendidikan dan Kebudayaan
Tingkat kesejahteraan yang masih rendah merupakan hambatan besar bagi pembaharuah pendidikan yang kita cita-citakan. Proses pembaharuan pendidikan tidak cukup dengan meningkatkan kemantapan kemempinan pendidikan, sebab kalau tidak dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan petugas-petugas pelaksananya akan lemah seluruh sendi-sendi kepemimpinan dan organisasi pembaharuan.
5.       Perkembangan Ilmu dan Teknologi yang Sangat Pesat
Pengetahuan manusia tentang alam semesta, dunia dan dirinya sendidi telah bertambah banyak sekali. Pertambahan ini kian lama berjalan dengan derap yang kian cepat. Laju pertambahan bahkan dapat kita katakan berlangsung secara geometris. Yang perlu kita pikirkan ialah mengembangkan kemampuan dan sikap obejktif kreatif untuk mengkontruksi pengalaman, dan penerapan prinsip-prinsip pengetahuan yang mereka kuasai. Hal ini banyak dipengaruhi oleh mutu pendidikan : dalam merumuskan tujuan mengajar, dalam cara-cara mengajar, dalam tehnik-tehnik evaluasi yang betul dan relevan dengan tujuan-tujuan mengajar yang diterapkan. Soal penting yang perlu diketahui, ialah kenyataan bahwa dalam penerapan pengetahuan dan teknologi, bidang pendidikan biasanya ketinggalan dari misalnya bidang perniagaan dan pertahanan.
6.      Sistem Komunikasi Lemah
Lemahnya sistem komunikasi, termasuk kurangnya sarana sarana, telah membuat masalah (problem) geografi (luas wilayah indonesia) menjadi masalah yang besar. Besarnya masalah geografi dan komunikasi ini tampak lebih nyata jika dihubungkan dengan masalah adminitrasi pendidikan, misalnya masalah penilaian atau pembinaan.
7.      Sikap Pandangan Negatif
Eratnya hubungan dengan siakp menggantungkan diri dan kurang insiatif ialah sikap yang cenderung menyerahakan sebanyak mungkin tanggung jawab pembiayaan pendidikan pada pemerintah. Pemerintah memang menyadari bahwa disamping keterbatasan sumber-sumber keuangan yang ada pada pemerintah, rakyatpun sebagian besar sangat terbatas kemampuan keuangannya untuk membiayai pendidikan, karena itu pemerintah tidak akan menuntut hal-hal yang terlalu jauh dari kemampuan masyarakat.
8.      Sistem yang Salah
Sistem yang salah, dan kepemimpianan yang belum mantap, keduanya merupakan masalah di dalam pendidikan. Meskipun demikian dalam proses pembaharuan pendidikan dan kebudayan, keduannya menempati kedudukan yang lain dari masalah-masalah pendidikan pada umumnya. Pembaharuan memerlukan prasarana yang baik dan kuat, berupa sistem dan kepemimpinan untuk mensukseskan segala upaya kita. Tetapi justru sistem dan kepemimpinan itu sendiri perlu diperbaiki karen masih salah atau lemah. Itulah sebabnya, dalam pembahasan ini, baik sistem yang salah maupun kepemimpinan yang lemah, disejajarkan dengan faktor-faktor penghambat lainnya.
9.      Kepemimpinan Belum Mantap
Masih tampak belum mantapnya kepemimpinan dari semua komponen penyelenggara pendidikan. Struktur organisasi dan tata kerja masih belum mencapai titik yang memungkinkan suatu mekanisme pembaharuan dan perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, dan komunikasi bekerja secara lancar. Peningkatan daya kepemimpinan ini memerlukan pengalaman dan pendidikan yang cukup lama bagi para pelaksananya di semua komponen. Kemantapan kepemimpinan, dalam arti keahlian hubungan manusiawi, kejujuran dan dedikasi, adalah salah satu syarat mutlak bagi berhasilnya semua rencana.
ada beberapa usulan solusi yang sekiranya dapat diterapkan untuk dapat memajukan atau memperbaiki pendidikan di Indonesia :
Pertama, penyesuaian materi keilmuan. Hal ini perlu karena selama ini ilmu kita bersumber dari barat yang sebenarnya tidak sepenuhnya cocok dengan keadaan Indonesia. Pendidikan, ilmu pengetahuan selalu berkaitan dengan budaya, maka dari itu kita perlu untuk menyesuaikan ilmu itu dengan budaya kita sendiri. Sehingga kita tidak menjadi bangsa yang lupa akan budaya kita sendiri.
Kedua, memasukan materi kebangsaan dan sejarah perjuangan bangsa secara berkelanjutan. Hal ini diperlukan agar peserta didik mengerti dan benar – benar insyaf dengan perjuangan para pendahulunya, sehingga mereka menjadi generasi dan tidak lupa sejarah. Juga agar peserta didik mampu memahami kemajemukan dan budaya Indonesia serta menjadi generasi yang berkarakter kebangsaan. Sangat menyedihkan ketika kita mengetahui bahwa ada generasi muda Indonesia yang tidak mengenal pahlawan dan para pendahulunya yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini.
Ketiga, Sisdiknas harus memberi ruang dan mendorong sepenuhnya kegiatan yang membangun kepemimpinan dan karakter peserta didik. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan – kegiatan di luar kegiatan akademik dimana kegiatan itu memberi nilai tambah bagi peserta didik dalam hal kepemimpinan dan character building.

Keempat, penguatan pendidikan informal sebagai alternatif penanaman nilai. Pendidikan mempunyai lingkup yang sangat luas. Bahkan pendidikan pertama yang didapat adalah pendidikan informal. Maka dari itu, penguatan pendidikan informal bisa menjadi alternatif solusi untuk dapat mendukung atau mengimbangi pendidikan formal di sekolah maupun di kampus.

DEBUS MERUPAKAN KESENIAN ASLI BANTEN YANG UNIK

DEBUS MERUPAKAN KESENIAN ASLI BANTEN YANG UNIK
Banten, Provinsi yang dulunya termasuk ke dalam daerah Jawa Barat ini sebenarnya adalah sebuah Provinsi kecil dengan banyak sekali pesona kesenian. kilasan singkat di bawah ini hanya sebagian kecil saja dari kesenian-kesenian yang ada di Banten, yang tentunya patut untuk terus kita jaga dan lestarikan.

Debus, Kesenian Asli Banten

Mungkin sebagian dari kita jika mendengar kata “Banten” pasti yang akan pertama kali muncul di pikiran adalah “Debus”, sebuah atraksi kesenian yang bernuansa magis.  Ya, Debus memang merupakan kesenian asli masyarakat Banten yang ada sejak abad ke-16. Bentuk Atraksi Debus Permainan debus merupakan bentuk kesenian yang dikombinasikan dengan seni tari, seni suara dan seni kebatinan yang bernuansa mistis. Kesenian debus biasanya dipertunjukkan sebagai pelengkap upacara adat, atau untuk hiburan masyarakat. Pertunjukan ini dimulai dengan pembukaan, yaitu pembacaan sholawat dan dzikir yang diiringi musik dari alat musik tabuh lalu  dilanjutkan dengan beluk, yaitu lantunan nyanyian dzikir dengan suara keras, melengking, bersahut-sahutan dengan iringan tetabuhan. Uniknya, bersamaan dengan beluk  atraksi kekebalan tubuh didemonstrasikan sesuai dengan keinginan pemainnya, seperti menusuk perut dengan gada (semacam senjata); makan api; memasukkan jarum ke dalam lidah, kulit pipi dan anggota tubuh lainnya sampai tembus; menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang dikenakan hancur; dan masih banyak lagi. Hebatnya, semua ini dilakukan tanpa menyebabkan luka sedikitpun pada tubuh pemain yang melakukan atraksi debus ini.
Hal lain yang perlu diingat adalah debus tidak ada kaitannya dengan dunia mistis, tidak seperti anggapan orang kebanyakan. Selama ini Debus dianggap berkaitan erat dengan dunia mistis yang bertentangan dengan ajaran Islam. Padahal, Debus digunakan oleh ulama zaman dahulu untuk melawan penjajah dan atraksinya pun dimulai dengan pembacaan doa dan shalawat Nabi. Debus merupakan kesenian tradisional dari banten yang bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan. Jadi, kita pun harus turut melestarikan dan mengembangkan kesenian Debus, yang menjadi ciri khas kebudayaan Banten. Debus merupakan kesenian yang patut untuk dilestarikan, jangan sampai dengan berjalannya waktu debus menjadi terlupakan oleh perkembangan zaman. Ayo bagi rakyat banten dan generasi muda jujung tinggi kesenian banten yang berharga ini J