KAJIAN
FILSAFAT
A. Pengertian filsafat
Pengertian
filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli
filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda dan hampir sama banyaknya
dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua
segi, yakni secara etimologi dan terminologi.
· Arti sercara etimoligi
Kata filsafat
dalam bahasa arab falsafah yang dalam bahasa inggris dikenal dalam istilah fhilosofhy, adalah berasal dari bahasa
yunani fholosophia. Kata fhilosophia terdiri atas kata philain yang berarti cinta (love) dan shophia yang berarti
kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta
kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam dalamnya. Seorang filsuf
adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan kata filsafat pertama kali digunakan
oleh phytagoras (582-496 SM). Arti
filsafat pada saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu
diperjelas seperti hal nya yang banyak dipakai sekarang ini oleh para kaum sophist dan juga oleh Socrates (470-399 SM). (flasio dan
yuono, 1985 hlm. 1)
·
Arti
terminologi
Arti terminologi
maksudnya arti yang dikandung oleh istilah atau statemen “filsafat”. Lantaran
batasan filsafat itu banyak, maka sebagai gambaran beberapa batasan.
a)
Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang
berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
b) Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan)
yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu ilmu notafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat keindahan).
c)
Notonagoro
filsafat itu menelaan hal-hal yang
menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap
dan yang tidak berubah, yang disebut hakikat.
d) Ir. Poedjawijatna
filsafat adalah ilmu yang berusaha
untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan
pikiran belaka. (Lasiyo dan Yuwono,1985, hlm.11)
dengan demikian,
filsafat adalah sebuah pertanyaan dan bukan tanda seru atau pernyataan. Dalam
keterbukaan ini, filsafat berbeda dari ideologi atau dogma yang bersifat
tertutup. Dengan ini jelas bahwa :
1) Filsafat
adalah suatu proses, usaha mencari terus-menerus akan kebenaran dan kebenaran
ini tidak bersifat tunggal dan tertentu.
2) Cinta
akan kebijaksanaan memberi arti bahwa kita tidak memiliki kebijaksanaan itu
dalam tangan, melainkan kita senantiasa berada dalam proses mencari. Mencari
yang terus menerus inilah yang membuat filsafat dimengerti sebagai usaha
mencari yang paling dalam, yang paling benar dan yang paling akhir.
3) Dengan
demikian semua orang adalah filsuf, karena setiap orang dapat mengajukan
pertanyaan, dan
4) Kebijaksanaan
tidak hanya dimengerti secara teoritis dengan berbagai pemahaman kritis, tetapi
juga kebijaksanaan praktis yang harus menyarttu dalam tingkah laku, tindakan,
pertimbangan dan pilihan-pilihan kita.
A. Ciri-ciri berfikir filosofis
1) Berfikir
sampai keakar-akarnya (hakikat terdalam)
2) Universal:
menyangkut pengalaman umum manusia
3) Konseptual
(hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia apa itu kebebasan,
kebenaran, dan lain-lain)
4) Koheran
dan konsisten (runtut). Koheran berarti sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir.
Konsisten berarti tidak mengandung kontradiksi.
5) Sistematik:
pandangan-pandangan yang dianalisis harus saling berhubungan secara teratur dan
dengan maksud tertentu.
6) Komprehensif:
menyeluruh dan melingkupi totalitas.
7) Bebas:
pemikiran filosofis adalah hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari
prasangka-prasangka social, historis, kultural, dan religius.
8) Bertanggung
jawab: berfikir dan bertanggung jawab atas hasil pemikirannya, paling tidak
terhadap hati nurani sendiri.
9) Semua
ciri ini membuat filsafat itu cenderung berbedaa dengan ciri-ciri berfikir ilmu
lainnya.
B. Beberapa gaya berfilsafat
1) Berfilsafat
berkaitan erat dengan sastra: sebuah karya filsafat dipandang memiliki
nilai-nilai sastra yang tinggi
2) Filsafat
juga berkaitan dengan masalah social politik ( praksis politik). Berarti sebuah
karya filsafat memiliki dimensi-dimensi idiologis yang relefan dengan
konsep-konsep Negara.
3) Filsafat
terkait erat dengan metodelogi.
4) Berfilsafat
berkaitan dengan kegiatan analisi bahasa.
5) Berfilsafat
juga berkaitan dengan menghidupkan kembali pemikiran filsafat dimasa lampau.
6) Berfilsafat
berkaitan dengan etika (tingkah laku).
C. Cabang-cabang utama filsafat
(disiplin-disiplin utama dan umum)
1. Metafisika
Ilmu tentang being qua being. Disebut
juga dengan nama filsafat pertama (first
fhilosofy). Ia berasal dari kata yunani, meta ta physica, yang berarti berada dibelakang benda-benda fisik,
yang bergerak dan berubah-ubah.
Peran metafisika dalam ilmu
pengetahuan adalah sebagai berikut
a). metafisika
mengajarkan cara berfikir yang cermat dalam pengembangan ilmu (tak kenal titik
henti).
b). Ia menuntut
orisinalitas berfikir yang perlu bagi ilmu. Ia selalu berusaha menemukan hal
hal baru yang belum pernah terungkap (kreatifitas dan rasa ingin tahu).
c) ia memberi
bahan pertimbangan yang matang bagi bahan ilmu, dngan itu soal-soal yang
diajukn memiliki landasan yang kuat.
d) ia membuka
peluang adanya perbedaan fisi dalam melihat rehalitas sebab tidak ada kebenaran
yang sungguh absolut.
2. Epistomologi
(teori pengetahuan).
Kata ini terdiri dari kata bahasa yunani episteme
dan logos yang berarti ilmu atau studi tentang pengetahuan. Istilah-istilah
yang setara dengan epistomologi adalah:
a) kriteriologi: berbicara tentang
benar tidaknya pengetahuan
b) kritik pengetahuan (pembahasan)
kritik tentang pengetahuan
c) gnoseologi (teori tentang
pengetahuan)
d)
logika material: pembahasan logis dari segi isi sedangkan logika formal dari
segi bentuknya.
Soal-soal penting yang dikaji dalam
epistemology adalah:
·
Asal-usul pengetahuan
·
Pengalaman dan peran akal dalam
pengetahuan
·
Pengetahuan dan kebenaran atau
keniscayahan
·
Skeptisisme universal yang mungkin cukup
·
Kodrat kebenaran, pengalaman dan makna
·
Pengetahuan dalam kaitannya dalam
pikiran
Ciri-ciri pengetahuan ilmiah antara lain:
· Berlaku
umum: berarti jawaban atas pertanyaan apakah sesuatu itu layak tergantung pada
factor- factor subjektif.
· Mempunyai
kedudukan mandiri (otonom)
· Punya
dasar pembenaran: untuk mencapai derajat kepastian yang sebesar-besarnya
(apriori dan apostiori)
· Sistematik
harus ada system dala susunan system pengetahuan dan cara-cara memperoleh pengetahuan.
· Inter
subjektif kepastian pengetahuan ilmiah tidak didasarkan pada intuisi-intuisi
serta pemahaman-pemahaman secara subjektif , melainkan dijamin sistemnya
sendiri.
3. Aksiologi
Aksiologi (axios
yang berarti nilai, sesuatu yang berharga, dan logos) disiplin filsafat yang
membahas masalah nilai atau sering di sebut juga teori nilai, kodrat atau
kriteria dan status metafisik dari nilai. Aksiologi merupakan suatu bidang
filsafat yang sangat tua dan sudah Nampak dalam gagasan plato tentang idea atau
forma kebaikan. Soal utama aksiologi berkaitan dengan 4 faktor penting berikut
:
1) Apakah
nilai itu berasal dari keinginan, kesenangan, kepentingan, keinginan rasio
murni berbagai pengalaman yang mendorong semangat hidup.
2) Jenis-jenis
nilai menyangkut nilai intrinsic, nilai nilai instrumental yang menjadi
penyebab.
3) Kriteria
nilai berarti ukuran untuk menguji nilai yang dipengaruhi sekaligus oleh teori
psikologi dan logika.
4) Status
metafisik nilai mempersoalkan bagaimana hubungan antara nilai terhadap fakta
yang diselidiki mengenai ilmu-ilmu alam. Ditemukan 3 macam jawaban :
· Subyektivisme.
Nilai merupakan suatu yang terikat pada pengalaman manusia.
· Obyektivisme
logis. Melihat bahwa nilai merupakan hakikat yang bebas dari keberadaannya yang
diketahui tanpa status eksistensial/tindakan dalam realitas.
· Obyektivisme
metafisik. Menganggap bahwa niali atau norma adalah integral dan obyektif.
Salah satu
cabang aksiologi adalah etika ( nilai baik dan buruk). Etika mengandung 3
pengertian, yaitu :
a) Kata
ini bisa digunakan dalam arti atau norma moral yang menjadi pegangan seseorang.
b) Kumpulan
nilai moral atau asas.
c) Ilmu
tentang yang baik atau yang buruk.
Objek material etika adalah tingkah
laku atau perbuatan manusia, sedangkan obyek formalnya adalah kebaikan,
keburukan atau bermoral tindaknya tingkah laku manusia. Maka perbuatan yang
dilakukan tanpa sadar atau tidak dengan kebebasan, tidak dapat dikenai
penilaian motal atau tidak moral. Kita mengenal 3 pendekatan dalam etika, yaitu
:
·
Etika deskriptif, cara melukiskan
tingkah laku moral dalam arti luas.
·
Etika normative, mendasarkan
pandangannya atas norma.
·
Metaetika, kajian etika yang ditunjukan
pada ungkapan-ungkapan etis, istilah-itilah teknis etika atau juga
bahasa-bahasa etis yang dikaji secara logis.
4. Filsafat
Alam dunia (kosmologi)
Kosmologi
mempelajari duni alam menurut aspeknya yang paling umum pokok-pokok utama yang
di bahas dalam kosmologi adalah materi dan forma, kodrat, gerakan, ruang dan
waktu penggerak pertama yang tidak di gerakan dan tidak serupa. Kosmologi dapat
di klasifikasi kedalam stidy tentang benda-benda tidak organis atau anorganis,
benda mati dan lain-lain. Filsafat alam mencakup Tiga pokok utama yaitu
filsafat pengetahuan tentang alam metafisika, tentang alam dan filsafat alam
dalam arti yang lebih sempit.
Teori
pengetahuan tentang alam meneliti persoalan –persoalan khusus dalam pengetahuan
manusia mengenai alam. Study ini mengandaikan pengetahuan-pengetahuan pra
ilmiah tentang alam, prinsip-prinsip serta metode-metode dan
pengandai-pengandaian pengetahuan ilmiah mengenai alam.
5. Filsafat
manusia
Filsafat manusia
berikhtiar membuat refleksi tentang hakikat manusia yang merupakan makhluk
dimensi yang majemuk. Karena berbicara tentang manusia dia tidak di pisahkan
dari berbagai ilmu social dan kemanisiaan, yang juga berbicara tentang manusia
dari berbagai aspek tinjauan sesuai dengan aspek tinjauan sesuai dengan obyek formalnya.
Filsafat manusia atau antropologi merupakan nama modern dari psikologi
filsafat.
6. Filsafat
ketuhanan
Filsafat
ketuhanan merupakan nama yang lebih popular di gunakan dewasa ini ketimbang
teologi kodrati atau teologi natural. Dalam disiplin ini di bicarakan mengenai
hakikat dan eksistensi allah, bagaimana allah dapat di pahami secara
konseptual, sejauh mana manusia dapat mengenlnya dan bagaiman relasi antara
allah ini dengan manusia dan seluruh alam semesta dapat di pahami secara akali.
Dengan kata lain dalam di siplin ini kita belajar tentang allah sejauh di
kenaal oleh akal kodrati manusia.
Fisafat agama berbicara mengenai
berbagai hal menyangkut agama dan pengalaman-pengalaman keagamaan manusia pada
umumnya.
7. Sejarah
filsafat
Sejarah filsafat
dapat di klasifikasi menurut banyak cara dan kriteria , namun tidak ada satupun
iti sungguh-sungguh memuaskan. Mungkin yang terbaik adalah pembagian
berdasarkan kronologi atau periodisasi sebab ia memperhitungkan subsensi
temporar dari fakta akan menjadi ideal apabila filsafat sungguh berkembang
secara linear (-) dan perkembangan yang menanjak naik yang memang tidak
memilikinya. Lagipula selalu ada jurang-jurang perbedaan zaman di mana suatu
system barangkali punya pengaruh terhadap yang lain.
8. Logika
Logika
dimengerti sebagai ilmu menalar atau seni berfikir tepat dan benar. Dalam
logika, kita belajar bagaimana mengungkapkan pikiran secara tepat, jelas,
singkar, runtut dan teratur.untuk itu kita membutuhkan banyak petunjuk dan
persyaratan bagaimana harus berpikir logis dan teratur : bagaimana
mengungkapkan fikiran kitasecara tepat dan jelas, dan bagaimana bisa membedakan
pemikiran logis dari isi pemikiran kita.
D. Beberapa Prinsip dalam berfilsafat
Perlu
di ketahui bahwa berfilsafat itu berdasarkan daripada pengalaman dasar oleh
karena itu harus terarah kepada realitas dan bukan sekedar melamun. Cara
berfilsafat yang normal harus bermula dari pengalaman konkret oleh calon
filsuf. Oleh plato dan aristotoles, filsafat di mulai dari rasa kagum yang
muncul dari soal yang sulit di pecahkan mengemukakan lima prinsip dalam
bersifat :
·
Menghalau kecongkangan atau kesombongan
intelektual (misalnya, saya sudah tau segala sesuatu).
·
Kesetiaan pada kebenaran : ada
keberanian untuk mempertahan kan keberanian.
·
Memahami secara sungguh persoalan
filsafat dan berusaha menemukan jawabannya.
·
Latihan intelektual secara tertulis atau
lisan untuk bisa memecahkan berbagai permasalahan konkret.
·
Keterbukaan diri : hindari
pandangan-pandangan sempit atau berpihak saja pada satu pandangan.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, amsal.(2004).
Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajagrafindo
Persada
Surajio(2008). Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di
Indonesia, Jakarta : Bumi Aksara
Kebung, Konrad (2011). Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta :
Prestasi Pustaka Publisher
Tidak ada komentar:
Posting Komentar